Saat melaksanakan penelitian, peneliti akan menggaet sampel dari populasi. Hal tersebut tentu terdapat cara dan metodenya yang mana didalamnya adalah teknik sampling. Secara keseluruhan terdapat beberapa teknik dalam mendapatkan sampel dalam penelitian. Dan salah satunya adalah purposive sampling.
Daftar Isi
Pengertian
Purposive sampling adalah penetapan informan yang disengaja berlandaskan keahlian informan tersebut dalam menjabarkan konsep, tema, atau fenomena tertentu. Bisa dikatakan bahwa purposive sampling merupakan lawan dari random sampling. Bisa dikatakan pula teknik ini (purposive sampling) adalah non random sampling.
Purposive sampling dalam praktiknya akan melakukan proses berulang dalam menentukan subjek penelitian, daripada mengawalinya dengan kerangka sampling yang sudah dipilih sebelumnya. Disini peneliti akan memilih teknik sampling yang memiliki karakter dan ciri khusus yang relevan dengan tujuan penelitian, yang nantinya tentu untuk memperoleh solusi dari masalah penelitian.
Berlandaskan penjabaran di atas bisa dikatakan terdapat dua faktor yang paling esensial dalam pemakaian teknik purposive sampling, yakni menentukan karakter ciri khusus dan non random sampling yang relevan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Non random sampling merupakan sampling yang pada saat implementasinya tidak akan menaruh penerapan yang sama pada setiap sampel penelitian pada populasi. Sementara itu karakter khusus pada informan (sumber informasi) akan dibuat parameternya oleh peneliti agar relevan dengan penelitian. Parameter tersebut nantinya akan diberi nama eksklusi dan inklusi.
Purposive sampling adalah teknik pemungutan sampel dengan memikirkan dan menimbang beberapa hal khusus dan mempersiapkannya dengan matang, hal ini dimaksudkan agar dalam implementasinya pemungutan sampel bisa lebih representatif. Pendapat ini berdasar pada pemaparan Sugiyono.
Purposive sampling merupakan penentuan sampel yang berlandaskan pada karakter ciri khas tertentu yang telah ditetapkan dan diperkirakan. Hal ini merupakan pendapat dari Notoatmodjo
Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel tidak acak atau nonrandom, namun berlandaskan perkiraan yang telah ditetapkan dan berfokus pada tujuan yang telah diatur sebelumnya. Ini dinukilkan dari pendapat Arikunto.
Baca juga: Studi Kasus
Tujuan Purposive Sampling
Misi utama dari purposive sampling itu sendiri adalah peneliti bisa menentukan dan memperkirakan parameter khusus yang menjadikan sampel bisa diambil sesuai dengan apa yang telah diperkirakan dan relevan dengan tujuan penelitian. Sehingga pemecahan masalah bisa didapat dan bisa memberikan sumbangsih nila yang representatif. Selain itu penelitian juga bisa memenuhi standar objektivitas.
Syarat Purposive Sampling
- Ketika melaksanakan pemilihan karakteristik ciri khas dari subjek atau objek sampel, peneliti diwajibkan untuk melaksanakan penelitian pendahulu agar ketepatan hasil bisa dipastikan.
- Sampel yang telah ditentukan harus relevan dan mempunyai ciri, karakter, sifat yang telah ditentukan.
- Dari semua populasi yang telah diteliti dan dipilih menjadi objek atau subjek sampel penelitian, harus sesuai dengan tujuan penelitian.
Tahapan Pelaksanaan Purposive Sampling
- Menetapkan tujuan penelitian secara jelas. Penetapan tersebut merupakan langkah krusial dan hal awal yang dilaksanakan agar sampel bisa ditentukan dan dipilih dengan baik dan sesuai.
- Selanjutnya adalah menciptakan daftar parameter yang harus diperoleh dalam sampel penelitian yang relevan dan akurat.
- Tentukan daftar populasi yang relevan dengan tujuan penelitian, serta pastikan bahwa subjek atau objek penelitian sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan.
- Ciptakan aturan yang jelas pada saat menentukan daftar maksimal dan minimal sampel.
- Melaksanakan penelitian terhadap sampel yang telah ditentukan sesuai dengan parameter yang telah diciptakan.
Lihat juga: Populasi dan Sampel Penelitian
Opsi Teknik yang Digunakan dalam Purposive Sampling
Opsi atau tipe teknik purposive sampling ada banyak namun di bawah ini merupakan beberapa teknik yang sering dipakai, diantaranya adalah:
Khas (Typical Case Sampling)
Pengambilan sampel pada teknik ini memiliki tujuan tertentu yang bermanfaat ketika peneliti ingin mengetahui sebuah fenomena, isu atau tren dan membandingkannya dengan anggapan umum dari setiap rata-rata populasi.
Extreme atau Deviant (Extreme/Deviant Case Sampling)
Sampling jenis ini adalah lawan dari typical case sampling. Kegunaan dari sampling ini adalah untuk menyelidiki pencilan (data menyimpang) dari “norma” dari sebuah isu atau tren tertentu. Dengan mengetahui pencilan ini, peneliti bisa mengembangkan pengetahuan yang lebih kuat mengenai pola perilaku pada sebuah populasi.
Kritis (Critical)
Ini merupakan jenis purposive sampling yang mana satu kasus akan dipilih dan di investigasi lebih lanjut. Ini dilakukan karena peneliti percaya bahwa dengan menyelidikinya maka pemahaman dan wawasan mengenai kasus yang mirip dan serupa akan terungkap.
Variasi Maksimum (Maximum Variation)
Tujuan dari purposive sampling ini adalah untuk menambah wawasan yang banyak dan bervariasi mengenai fenomena atau kejadian yang sedang diteliti. Misalnya adalah saat melaksanakan jajak pendapat mengenai sebuah masalah, seorang peneliti harus memastikan bahwa dia melakukan perbincangan dengan orang yang berbeda-beda. Ini bertujuan agar wawasan yang didapat bisa dilihat dari berbagai sudut.
Homogen (Homogeneous)
Ini adalah purposive sampling yang berlawanan dengan maximum variation. Dimana sampel yang dipilih harus mempunyai karakteristik atau sudut pandang yang sama. Contohnya adalah saat peneliti ingin memahami mengenai bahasa Jawa, maka mereka harus bertanya dengan masyarakat Jawa atau ras yang memiliki hubungan dan pengetahuan tentang Jawa.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Purposive Sampling
- Sampel yang telah ditentukan merupakan sampel yang relevan dengan tujuan penelitian.
- Purposive sampel adalah teknik sampling yang sangat mudah saat digunakan dan diimplementasikan.
- Sampel yang telah ditentukan seringkali merupakan sampel yang dapat dijumpai oleh peneliti dengan gampang.
Kekurangan Purposive Sampling
- Dari segi Jumlah sampel yang dipakai tidak akan ada garansi akan representatif dengan apa yang telah diupayakan.
- Teknik ini tidak bisa untuk menarik kesimpulan dari statistik dalam rangka untuk generalisasi.
- Mungkin bukan teknik terbaik karena bisa saja tidak lebih baik dari teknik random sampling.
Baca juga: Kerangka Penelitian dan Hipotesis Penelitian
Rumus Purposive Sampling
Setelah mengetahui apa itu purposive sampling sekarang saatnya untuk melakukan purposive sampling. Metode atau rumus untuk melakukan purposive sampling cukup mudah.
Yang harus dilakukan peneliti adalah menolak atau menyeleksi individu yang tidak sesuai dengan kriteria/parameter tertentu secara sengaja. Namun, peneliti dapat menggunakan berbagai teknik selama purposive sampling, bergantung pada tujuan penelitian yang telah direncanakan sebelumnya.
Saat menggunakan rumus dalam menetapkan jumlah sampel pada purposive sampel, peneliti akan dihadapkan dengan pekerjaan yang rumit. Ini dikarenakan jika peneliti sudah memahami jumlah populasi pasti, namun populasi yang ada tidak memadai maka peneliti harus berupaya untuk mengimplementasikannya ke rumus simple random sampling.
Maka dari itu proses penelitian akan tergantung sepenuhnya pada kebijakan peneliti, apakah akan lebih mementingkan jumlah yang sesuai atau mementingkan pada syarat sampel yang lebih ketat sesuai parameter yang sudah ditentukan.